http://uty.ac.id/2016/04/tim-uty-berjaya-di-kompetisi-internasionalsi/

diakses pada hari minggu 8 mei 2016 dan diakses dari

http://uty.ac.id/2016/04/tim-uty-berjaya-di-kompetisi-internasionalsi/

Dua tim dari Universitas Teknologi Yogyakarta berjaya dalam kompetisi Internasional bertajuk “International Festival Innovation on Green Technology (i-FINOG)” yang diselenggarakan oleh Universiti Malaysia Pahang (UMP), 15-17 April 2016 lalu. Dua tim UTY tersebut adalah tim Teknologi Informasi yang terdiri Benny Eko Priharyanto, Arief Riadi, dan Rahmad Widodo, ketiganya mahasiswa Prodi Teknik Informatika UTY, dengan pembimbing Dr. Ir. Arief Hermawan, berhasil menyabet medali Emas. Sedangkan Tim Teknik Sipil atas nama Bagus Abdi Pratama mahasiswa Teknik Sipil UTY, yang pada semester ini sedang menempuh studi di Universiti Malaysia Pahang dalam program student exchange, mendapat medali Perak. Bagus Abdi dibimbing oleh dosen UMP, DR Doh Shu Ing.

Pada kompetisi tersebut Tim Teknologi Informasi UTY mengusung inovasi teknologi informasi yang mereka namai “Real Time Lock Security System Using Microcontroller and Android Apps”. Yakni inovasi teknologi untuk membuka kunci dengan aplikasi Android, dengan password yang dinamis atau selalu berubah-ubah setiap saat. Dr. Arief Hermawan menyampaikan bahwa aplikasi dari teknologi tersebut dapat diaplikasikan pada kunci rumah, kamar hotel, koper, brankas,  dll.

. Arief Hermawan menyampaikan bahwa sebenarnya program-program membuka kunci dengan menggunakan password dengan aplikasi Android sudah ada sebelumnya. Namun passwordnya masih bersifat statis, yaitu kalau mau mengganti password, harus dengan upaya penggantian secara manual.  Kebaruan dari inovasi mahasiswa UTY yang ia bimbing adalah adanya password yang dinamis, atau selalu berubah setiap saat secara otomatis. Pengguna dapat mengetahui password melalui smartphone, serta dapat membukanya dengan smartphone tersebut, atau secara manual dengan melihat password terbaru / updated yang ada di smartphone. Dengan demikian password sangatlah aman, dan penggunaaanya simple / mudah, kata Dr Arief Hermawan.

Inovasi dari Benny Eko dan timnya ini berhasil menyedot perhatian dari pengunjung, peserta hingga panitia i-FINOG. Bahkan tak tanggung-tanggung, mereka mendapatkan Special Award dari Korean Invention Academy. Tidak hanya itu, mereka pun diundang oleh Prof. Dr. Soung-Mo Houng, President of Korean Invention Academy untuk mempresentasikan temuan mereka di Korea Selatan. “Sungguh merupakan kehormatan bagi kami, karena selain menyabet medali emas kami juga mendapat Special Award dari Korean Invention Academy dan mendapat undangan untuk mempresentasikan temuan kami di Korea Selatan. Kami berharap apa yang kami lakukan ini dapat bermanfaat bagi UTY dan Indonesia. Selain itu, kami berharap keberhasilan kami menjadi pendongkrak kepercayaan diri mahasiswa UTY untuk berkompetisi di tingkat internasional,” ungkap Dr Arief Hermawan seusai acara i-FINOG.  Sementara itu, Benny Eko Priharyanto sebagai team leader mengungkapkan kebanggaannya. “Kami tidak menyangka sama sekali, temuan kami yang kelihatannya sederhana bisa meraih medali emas dan mendapatkan sambutan yang begitu antusias hingga meraih award dari Korea.”

Terkait dengan kesuksesan tersebut, Rektor UTY Prof. Bambang Hartadi, PhD, MM, CPA memberikan apresiasinya, dengan mengatakan bahwa ia akan terus mendorong mahasiswa dan dosen untuk berprestsi. Kesuksesan mahasiswa di tingkat internasional ini menjadi pertanda baik atas upaya UTY selama ini untuk menjadi World Class University, tambah Prof. Bambang Hartadi.

Tugas Makalah Bahasa Indonesia

ANALISIS TULANGAN KOLOM PADA BANGUNAN  BERTINGKAT

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh:

 

MOH MUARRIFUL GHOFFAR

NIM : 5150811178

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

 2015

BAB I

 

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Kurangnya pengetahuan perencana dalam merencanakan struktur kolom berakibat gagalnya perencanaan pembangunan gedung. Kegagalan pada struktur kolom berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau dapat juga menjadi batas keruntuhan total dari keseluruhan struktur bangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan kolom harus direncanakan dengan teliti, karena umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas dan bersifat mendadak. Jadi  sangat diperlukan perhitungan yang akurat terhadap perencanaan kolom bangunan gedung.

 

Dalam bidang konstruksi bangunan gedung juga mengalami peningkatan ilmu teknologi disegala struktur, seperti kolom, balok, pelat lantai dan dalam bidang struktur yang lainnya. Perkembangan ini disesuaikan pada tingkat pemakaian, tingkat ekonomis, situasi dan kondisi tempat, serta keindahan dari bangunan. Pada struktur bangunan gedung, kolom merupakan salah satu komponen dari bangunan gedung yang berfungsi untuk meneruskan dari balok-balok dan pelat-pelat lantai ke dasar bangunan atau pondasi. Kolom juga merupakan elemen vertikal yang sangat banyak digunakan. Bahkan dinding pemikul beban sebenarnya dapat juga dipandang sebagai kolom yang diperluas di suatu bidang. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.

 

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barangbarang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.

 

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana menentukan tulangan kolom pada bangunan bertingkat?

1.3 Tujuan Penulisan

  1. Untuk menentukan dimensi kolom pada bangunan bertingkat.
  2. Untuk menentukan besar kebutuhan luas tulangan geser dan tulangan lentur pada kolom.

 

1.4 Manfaat Penulisan

Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan teknik sipil untuk dapat mengetahui bagaimana cara menghitung serta merencanakan kolom pada bangunan rumah toko berlantai tiga.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

  • Pengertian dan Prinsip Dasar Kolom

Dalam setiap struktur bangunan bertingkat diperlukan adanya balok dan kolom. Elemen -elemen tersebut dibutuhkan untuk memikul beban-beban yang terjadi pada struktur bangunan. Beban-beban yang terjadi dapat berupa beban mati, hidup, angin dan gempa. Di setiap lantainya beban dipikul oleh balok, tetapi untuk menyalurkan beban yang diterima balok disetiap lantai diperlukan kolom yang dapat menyalurkan beban-beban tersebut ke dalam pondasi,sehingga kolom mengalami beban aksial yang jauh lebih besar daripada balok.

 

 

Pada perencanaan balok di setiap lantai adalah sama tetapi metode tersebut tidak dapat diterapkan terhadap kolom. Kolom disetiap lantai menerima beban yang berbeda-beda dikarenakan akumulasi beban pada lantai sebelumnya. Oleh karen itu pada perencanaan kolom pada lantai bawah mengalami dimensi dan penulangan yang lebih daripada kolom diatasnya.

 

Dikarenakan beban aksial yang terjadi maka kolom mengalami keruntuhan tekan. Perlu diketahui keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan visual yang cukup jelas seperti yang tejadi pada balok. Keruntuhan kolom struktural sangat perlu diperhatikan karena berhubungan dengan segi ekonomis dan korban jiwa. Oleh karena itu diperlukan adanya kekuatan cadangan tambahan lebih besar daripada balok.

 

Prinsip-prinsip kompatibilitas tegangan dan regangan kolom tidak jauh berbeda dengan balok tetapi perlu ditekankan bahwa pada kolom terdapat penambahan faktor tekan tidak hanya momen lentur. Maka perlu dilakukan penyesuaian persamaan balok untuk kolom yang mengalami kombinasi beban aksial dan lentur.

 

Perencanaan kolom yang daktail diperlukan adanya tulangan. Tulangan pada kolom yang mendominasi adalah tulangan tekan karena perilaku kegagalan tekan dalam kasus-kasus dengan rasio antara beban aksial dengan momen lentur yang besar tidak dapat dihindari.

 

Proses kegagalan yang terjadi pada kolom akibat adanya beban yang tidak mampu dipikul oleh kolom adalah terjadi retak-retak disepanjang permukaan kolom. Jika beban diperbesar maka akan terjadi spalling, yang bisa disebut juga pengelupasan selimut beton diluar sengkang. Pada keadaan yang lebih ekstrim maka kolom akan tertekuk atau mengalami local buckling pada tulangan memanjang.

 

Prinsip-prinsip yang mendasari perhitungan kekuatan kolom adalah sebagai berikut

  1. distribusi regangan linier terjadi sepanjang ketebalan kolom,
  2. tidak ada gelincir antara beton dan baja (regangan dalam baja dan beton yang berhubungan adalah sama),
    1. regangan beton diperbolehkan maksimum pada saat kegagalan untuk tujuan perhitungan-perhitungan kekuatan,
  3. tidak ada gelincir antara beton dan baja (yaitu, regangan dalam baja dan beton yang berhubungan adalah sama).
  1. regangan beton diperbolehkan maksimum pada saat kegagalan untuk tujuan perhitungan-perhitungan kekuatan.

 

  1. tahanan tarik beton dapat diabaikan dan tidak diperhitungkan didalam perhitungan.

 

 

  • Tipe Kolom

 

2.2.1 Tipe Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan

 

3 tipe kolom sebagai berikut

  1. kolom persegi atau bujursangkar dengan tulangan longitudinal dan tulangan lateral,
  2. kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan tulangan lateral berupa sengkang atau spiral,
  3. kolom komposit dimana profil baja diselimuti oleh beton. Bentuk struktural tersebut dapat ditempatkan di dalam rangka tulangan.

 

Kolom beton bertulang akan meningkat kekuatannya apabila dilakukan pengekangan. Pada umumnya pengekangan dilakukan menggunakan sengkang (tulangan transversal), baik itu yang berbentuk segi empat maupun yang berbentuk spiral. Hasil pengujian dari berbagai peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengekangan oleh tulangan transversal sangat mempengaruhi karakteristik atau perilaku tegangan-regangan beton (Park-Paulay, 1933). Pengekangan kolom dengan tulangan berbentuk spiral sangat rapat (kolom spiral) memiliki perilaku yang lebih daktail daripada pengekangan kolom dengan sengkang biasa ataupun pengekangan kolom dengan spiral kurang rapat. Kolom spiral akan dapat bertahan lebih lama (daktail) sebelum mengalami keruntuhan dibandingkan dengan kolom yang diberi pengekangan dengan sengkang biasa ataupun dengan spiral kurang rapat (kurang daktail).

 

2.2.2 Tipe Kolom Berdasarkan Pembebanan

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kolom mengalami beban aksial yang besar, tetapi pada kenyataannya beban aksial tersebut tidak mungkin memiliki eksentrisitas sebesar nol. Oleh karena adanya eksentrisitas maka timbulah momen yang mengakibatkan beban lentur. Besarnya momen berbanding lurus dengan eksentrisitas, pada keadaan maksimum tertentu akhirnya beban aksial diabaikan. Maka dapat diketahui tipe kolom berdasarkan pembebanannya, yaitu

 

  1. mengalami beban aksial yang besar dan memiliki eksentrisitas sebesar nol sehingga tidak mengalami momen. Untuk kondisi ini, keruntuhan akan terjadi oleh hancurnya beton dan semua tulangan dalam kolom mencapai tegangan leleh dalam tekan,

 

  1. mengalami beban aksial besar dan memilliki eksentrisitas yang kecil maka timbul momen yang kecil dengan seluruh penampang tertekan. Jika suatu kolom menerima momen lentur kecil, seluruh kolom akan tertekan tetapi tekanan di satu sisi akan lebih besar dari sisi lainnya. Tegangan tekan maksimum dalam kolom akan sebesar 0,85ƒ’c dan keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya beton dan semua tulangan tertekan,

 

  1. eksentrisitas membesar sehingga tarik mulai terjadi pada satu sisi kolom. Jika eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya, gaya tarik akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada sisi tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan leleh. Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya tekan,

 

  1. kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus ditambah, akan dicapai suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh dan pada saat yang bersamaan, beton pada sisi lainnya mencapai tekan maksimum 0,85ƒ’c. Kondisi ini disebut kondisi pada beban berimbang, balanced,

 

  1. mengalami momen yang besar dan beban aksial yang kecil. Jika eksentrisitas terus ditambah, keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya beton,

 

  1. momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti halnya pada sebuah balok


BAB III

PEMBAHASAN

 

  • Menentukan tulangan kolom

3.1.1 Analisa

       1).  Jenis taraf penjepitan kolom

Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.

       2). Reduksi Momen

 Inersia Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)

  • Beban Desain (Design Loads)

1).     Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.

2).    Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
Tabelnya adalah sebagai berikut:

Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi
1 1,0
2 1,0
3 0.9
4 0.8
5 0,7
6 0,6
7 0.6
8 atau lebih 0,5

 

 

 

 

 

 

Contoh cara  penggunaan:
Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah

  1. Lantai         5        : 1.0 x 60 = 60 kN
    b. Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
    c. Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
    d. Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
    e. Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN

Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja,        tidak    perlu    sebesar        5×60 =       300        kN.
Dasar dari pengambilan reduksi ini adalah kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut        boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.

 

 

 

  • Gaya Dalam

1). Gaya dalam 

yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.

2). Perbesaran momen

 (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

  • Detailing Kolom Beton

1). Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.

2). Rasio tulangan 

tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.

3). Tebal selimut beton

 Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
– Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.

  1. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
    Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.
  1. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.
  2. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
    Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)
  3. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
    Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

       Dari pemaparan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan jenis dan jumlah kolom sangat bergantung pada jumlah lantai yang akan dibuat.

 

Ada 3 tipe kolom sebagai berikut

  1. kolom persegi atau bujursangkar dengan tulangan longitudinal dan tulangan lateral,
  2. kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan tulangan lateral berupa sengkang atau spiral,
  3. kolom komposit dimana profil baja diselimuti oleh beton. Bentuk struktural tersebut dapat ditempatkan di dalam rangka tulangan.

 

 

5.1 Saran

Sebagai seorang perencana harus mampu merencanakan  kolom dengan teliti, karena umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas dan bersifat mendadak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/

Asiyanto. 2005. Construction Proiect Cost Management. Jakarta:Prad5ma Paramita.

Kardiyono Tiokrodimuljo, 1988, BAHAN KULIAH PADA KURSUS SINGKAT
Dl PAU UGM, Yogyakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/ 23/10/2015 pukul 8.30

Pancasila

Membuka Mata, Pikiran, dan Hati

Berlandaskan Pancasila yang Terintegrasi

Ditulis oleh: Moh Muarriful Ghoffar

 

Bangsa Indonesia diramaikan dengan kalimat pendidikan karakter. Sebelumnya saya akan menjelaskan proses terbentuknya karakter. Dimulai dari berpikir, setiap individu pasti pernah berpikir dimana mereka memunculkan suatu ide dan gagasan yang diinterpretasikan. Hasil dari interpretasi berpikir adalah perkataan, perkataan seseorang mampu mengindikasikan kepribadian suatu orang bahkan kepribadian suatu bangsa. Kemudian implementasi dari perkataan adalah perbuatan  dimana individu mengaplikasikan sesutu yang subjektif (pikiran dan gagasan) pada suatu kegiatan yang objektif. Kegiatan demi kegiatan yang dilakukan beruang kali akan menjadi kebiasaan yang menghasilkan karakter.

 

Apakah karakter selalu baik? Tentulah tidak. Karakter seseorang adalah manifestasi dari pikiran yang diimplementasikan pada suatu tindakan. Individu yang memiliki pemikiran kurang baik tentu karakternya kurang baik. Banyak kegitan di sekoah yang mengajarkan pendidikan karakter seperti kegiatan Pramuka, PMR, OSIS dimana kegiatan tersebut menekankan pada leadership and management yang tidak diajarkan di pendidikan  formal. Anak-anak yang hanya duduk dibangku sekolah kemudian hanya mendengarkan ceramah dari guru tidak akan memiiki pemahaman yang cukup dalam berorientasi di lapangan. Kebanyakan dari merekan hanya learn to know not learn to do. Oleh karena itu sangatlah penting bagi dunia pendidikan untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran wajib di sekolah. Setiap pendidikan karakter yang diselerenggarakan memiliki asas dan asas pendidikan karakter di Indonesia adalah pancasila.

 

Setiap kegiatan harus didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila pancasila dimana sila pertama menekankan pada nilai ketuhanaan, kegiataan pendidikan karakter juga demikian, maka diadakanah solat berjamaah dalam suatu kegiatan. Kemudian nilai dari sila kedua dimana menekankan pada nilai kemanusiaan, maka dalam kegiataan pendidikan karakter diadakan bakti sosial bagi masyarakat. Nilai ketiga yaitu nilai persatuan dimana dalam berorganisasi tentulah memiliki visi dan misi, hendaklah tidak saling memerangi antar organisasi di sekolah, tidak merasa kelompoknya paling hebat namun yang terpenting adalah tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian ada nilai keempat yaitu permusyawarataan, dimana setiap masalah yang muncul hendaklah diselesikan dengan musyawarah. Kemudin nilai kelima adalah keadilan dimana pemimpin dalam organisasi mampu menempatkan tugas seorang anggota sesuaa kemampuan yang dimilika dan tidak memaksakan kehendak anggota. Jadi kegiatan pendidikan katakter memiliki aspek positif ababila dalam penyelenggaraannya didasarkan pada pemikiran nilai-nilai luhur yang baik dimana seorang individu akan mengerti dan pahan nilai yang terkandung dalam panacaia kemudian ia mengapikasikan nilai tersebut dalam kehidupan bernegara.  Dapat disimpukan bahwa pendidikan karakter  terkandung pemikiran nilai luhur   yang membukan mata seorang individu untuk hidup bermasyarakat dan bernegara yang berasaskan pancasila.

 

Beragam permasalahan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat bermunculan karena pemimpin kita terlalu berambisi untuk memimpin bangsa ini. Karakter ambisius kurang mendengarkan suara-suara hati nurani yang menjadi fitrah manusia. Ilmu tanpa agama adalah tuli dan agama tanpa ilmu adalah bisu, pepatah itulah yang sesuai dengan kondisi pemimpin bangsa ini yang berambisi pada penguasaan bangsa. Karakter ambisius sangat tidak sesuai dengan pancasila sila kelima dimana ada prinsip nilai keadian dilaksanakan guna kesejahteraaan sosial bangsa Indonesia. Pembangunan jawa sentris adalah buktu nyata kurangnya distribusi keadilan para pemimpin bangsa ini yang menimbulkan kecemburuan daerah luar jawa yang berakibat berkurangnya rasa nasioalisme yang berujung pada keinginan untuk merdeka. Dulu ketika bangsa Indonesia masih dijajah asing kita juga merasakan kurannya distribusi keadilan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Belanda dan itu sama dengan apa yang dialaamai saudara-saudara kita diluar jawa. Pembangunan infrastruktur mendasar seperti jalan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pelabuhan, dan bandara masih sangat kurang padaha itu adalah indikator berhasilnya pembangunan suatu daerah. Ditambah lagi dengan hukum yang tajam kebawah tumpul keatas menambah paradigma bangsa Indonesia yang belum terselesaikan.

 

Permasalahn terbesar terletak pada kurangnya pemerataan pembangunan dimana pemimpin kita belum mampu mensinergikan distribusi kepentingan dan distribusi keadilan. Alasan mengapa pembanguna lebih ke jawa sentris adalah ditribusi barang dan jasa di jawa lebih banyak dibandingkan luar jawa, sehingga pembuat APBN lebih banyak mengalirkan dananya untuk pembangunan di jawa. Ditambah lagi investor yang datang lebih memiih menanamkan modalanya di jawa karana iklim usaha dijawa lebih baik dibandigkan luar jawa. Keadaan inilah yang mendasari kurangnya integrasi distribusi keadilan dan distribusi kepentingan.

 

Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang mampu membaca situasi ini sebagai dorongan untuk mulai menaata pemerataan demi tercapainya kemakmuran bangsa bukan hanya kemakmuran daerah. Dana APBN diprioritaskan pada sektor pembangunan mendasar seperti fasiitas umum, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan terutama didaerah yang belum terpenuhi sehingga menjadi motor yang menggerakan pembangunan dengan skala berkelanjutan. Apabila sektor pembangunan mendasar sudah terpenuhi maka ikim usaha akan membaik sehingga investor bersedia menanamkan modalnya di daerah tersebut. Pembangunan yang berkelanjutan akan menjadi roda yang mengantarkan kesejahteraan bangsa Indonesia diman bangsa ini memiliki pemimpin dengan karakter yang baik yang berasaskan pancasila, dimana pancasila adalah nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia.